Langsung ke konten utama

On the Sempu Island


I'm moving
I'm coming
Can you hear, what I hear
It's calling you my dear
Out of reach
(Take me to my beach)
I can hear it, calling you
I'm coming not drowning
Swimming closer to you

-pure shores, all saints-

pasti klo denger lagu di atas bakal keingetan sama film yang diperankan Leonardo Dicaprio, The Beaches, nah suasana liburan di Pulau sempu bisa digambarkan seperti itu, serunya pulau sempu adalah pulau tak berpenghuni dan termasuk kawasan konservasi.Saya bersama stanni yang notabene hanya kita berdua yang merupakan "makhluk paling risih" sempet bingung mo ikut nginep atau gak, karena hanya memikirkan masalah toilet, soalny kita "cewek" gak bisa pipis sembarangan kayak "cowok" :( wew


akhirnya kita memutuskan untuk berkemah di sana! Yipiii

okay perjalanan start dimulai kota malang menuju pasar gribik, eh tapi ternyata angkot yang kami tumpangi menawarkan untuk mengantarkan kami langsung ke pantai sendang biru,,,, dan bapakny menawarkan 20rb rupiah per-orang. ternyata perjalanan menuju pantai sangatlah jauh, dan sempet mikir parno kalo kita semua mau dibawa kabur sama pak supir, soalnya gak nyampe-nyampe tempat tujuan, dan ternyata sampailah kita di Pantai Sendang biru, dan saya bisa mencium bau pantai dari kejauhan,,, hmmm,,, smell good :))

kami sudah cukup exciting telah sampai pantai sendang biru,,, dan tiba-tiba deng,, deng,, salah satu teman saya hilang handphoneny,,, gara-gara dia masukin hp-ny ke dalam saku celana, dan mungkin terjatuh di dalam angkot,,, yaa moga ditabahkan aja deh teman...

selanjutnya kami menyiapkan diri dengan makan siang terlebih dahulu dan bikin surat izin untuk berkemah di pulau sempu, dan kami kecewa karena gak bisa ke danau segera anakan, karena hari sudah cukup siang dan perjalanan menuju sana katany cukup jauh dan harus menggunakan guide - duit Lagi, cape deh :( - akhirnya kita memutuskan untuk berkemah di pantai waru.
selanjutnya kami menyebrangi pulau sempu menggunakan perahu. sistem penyewaannya kayak ojek, jadi ada nomerny gitu, bayar 11rb rupiah per-orang untuk pp , jadi ntar pas mau pulang tinggal sms bapaknya...


Liat gradasi warna pantai yang biru kehijauan bikin kami napsu untuk cebar-cebur dan berfoto ria disana. dan jangan lupa pasanglah tenda terlebih dahulu, jadi klo tiba-tiba hujan bisa mnyelamatkan diri. sayangnya di tepi-tepi pantainy banyak sampah-sampah berserakan, makanya isu-isu pulau sempu tidak boleh didatangi adalah gara-gara lingkungan terancam tercemar oleh sampah-sampah pengunjung yang tidak bertanggung jawab.


just relax and enjoy the Beach




We get the sunrise

Berasa mandi di rumah :p

manda on the spot - sudah cukup disensor -

malamnya, kami bergeje ria di pantai dari ngomongin alien sampai bermain kartu. tapi yang paling exciting adalah pengalaman tidur di tepi pantai sambil mendengar deburan ombak, teringat pula film cast away,,, hahahahha,,,
I can't forget this moment,, terbangun karena gatalnya gigitan nyamuk terus langit malam cukup cerah dan saya bisa melihat banyak bintang bekelap-kelip sambil dengerin suara ombak... wush.. wush... ternyata tidak saLah untuk mengambil keputusan untuk berkemah.
:D

esok paginya kami sukses melihat sunrise, soalny sore kemarinny kami gagal liat sunset akibat cuaca yang mendung. tapi sunrise indah banget, kami bisa liat matahari muncul perlahan-perlahan di ufuk timur....


saya tak sabar untuk berkunjung ke pantai-pantai Indonesia yang gak kalah indahnya dengan view di puLau sempu... :))

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review : Sabtu Bersama Bapak

Semenjak Adhitya Mulya ngomongin buku ini di blog suami gila, udah gak sabar pengen beli karya-karya dia yang lain. Soalnya, saya cukup update sama novel-novelnya dari Jomblo, Gege Mengejar Cinta, Traveler’s Tale, sama Catatan Mahasiswa Gila, dan dari semua karyanya yang kocak, dia bilang novel ini karyanya yang paling beda. Sabtu Bersama Bapak mengambil tema khusus tentang keluarga. Kalo baca ceritanya sih novel ini kayaknya gambarin gimana pemikiran-pemikiran sama pengalaman hidup si empu yang ngarang novel dari fase dia sebagai anak sampai fase sekarang menjadi seorang   bapak. Kalo dari baca pengantar sih agak serius kesannya ini novel, yaa tapi yang namanya Adhitya Mulya kalo udah baca karyanya bisa bikin cengengesan sendiri. Novel ini menurut saya membawa pesan yang banyak terutama tentang arti sebenarnya memiliki sebuah keluarga karena semua orang pasti pernah menjadi anak dan mungkin memiliki anak. Semua pasti memiliki orang tua dan mungkin menjadi orangtua. Dan novel in

Malang part 1 – se-MALANG nasibku T_T – 15 juni 2010

Okay,,, welcome my holiday! Betapa sialny nasib saya sebelum liburan ini sempat kehilangan dompet sewaktu pulang dari Jakarta menuju bandung, untung naik bus eksekutif ada orang baik hati mau mengembalikan dompet saya, lagipula isiny emang gak seberapa cuman 175rb perak. Coba bayangin naik kelas ekonomi, udah pasti diembat dan dompet beserta kartu-kartu ptg lainnya gak mungkin kembali ke tangan saya. Malamny saya packing siap-siap untuk traveling liburan saya. Saya hanya membawa 1 potong celana jeans yg saya pakai, 1 celana kain cepat kering, 1 legging, mantel hangat, 1 kaos , 1 baju santai, 1 baju formal, 1 sepatu trekking, sarung tangan, kaos kaki, 1 sepatu crocs. Saya berangkat menuju kota Malang dari bandung memakai kereta Malabar yg saat itu sedang promo hanya 80rb rupiah saja, yg berangkat dari stasiun bandung pukul 15.30. Saat itu saya akan berangkat bersama tiga teman saya. Dan saya sudah siap-siap sekitar pukul 2 siang berangkat dari rumah dan sempat mampir ke kantor telkom

Awas mudah meledak

Saladin : " ty, itu harusnya warna tabungnya jangan hijau y" Tyas : "emang kenapa SaL?" Saladin : "iya, biar gak gampang meledak" Tyas : " hah? kenapa saL? " Saladin: "iya, kan kayak di lagu balonku" Tyas : " hah? gak ngerti..." Saladin : " kan di lagu balonku, balon yang meledak yang warna ijo" Tyas : "OOOOOoooooo" ( bulet bgt mulut tyas) ---ekspetasi yang terlalu besar ketika mendengar lelucon dari seorang jenius---