Langsung ke konten utama

Exciting of Bromo, Here I come!










Pukul 20.00 tepat kami berangkat menuju tumpang dengan menyarter angkot senilai 5rb rupiah per-orang. Dan sampailah kita di Desa tumpang 30 menit kemudian dan disambut hangat oleh tante ma Om-nya Sammid. Kita di drop rumah tantenya Sammid ampe jam 2.30 pagi, nanti kita dijemput pake jeep-ny Pak Mun. Oh iya, sekedar info. Jadi, tarif sewa jeep untuk tur bebas keliling wisata bromo, mau ke berbagai macam ranunya kek, atau mampir ke air terjun coban pelangi dihargai 1juta dengan kapasitas sebebasny sampai pukul 4sore, tapi menurut saya idealnya untuk 10 orang. Soalny pak Mun pernah cerita jg, klo dulu pernah ada yg nyewa ini jeep, 1 jeep muat 30 org!!! Susah dibayangin! Kami aja yg ber-9 udah cukup berdesak-desakkan.

Ting-tong! Pukul 2 pagi saya udah bangun duluan, nyiapin nyawa buat hawa super dingin. Dan ditawarin makan ( wow! Makan Lagi!), hahahahahah gak boong deh klo adatnya orang jawa tuh gemah ripah loh jinawi (apa hubungannya, cari aja sendiri! :p) baik banget deh, seharian makan gratisan melulu.

Jam setengah pagi kami brangkat pake Jeep super ini, dan menyempatkan untuk berpose-pose ria depan jeep( biasa orang kota, jarang liat jeep antik).dan tidak lupa menyiapkan diri dengan mantel tebal, sarung tangan, kaus kaki, dan syal tebal di leher. Okay kami berangkat, dengan saya dan stanni duduk d depan, dan para pria bergelantungan d belakang jeep. Dan perjalanan dari tumpang- puncak pananjakan cukuplah jauh. Asal tahu aja, semakin naik ke atas hawanya semakin dingin menusuk, ampe gendang telinga saya agak ngegerung , langsung aja cepat-cepat saya tutup pake syal. Sampailah kita di puncak pananjakan pukul 4.30, dan cepat-cepat berlari ke atas agar tidak ketinggalan sunrise. Huwow, saya cukup kewalahan untuk mendaki tanggany ternyata.. eh tapi menurut saya, kedinginan ciwidey di pagi hari tidak bisa dikalahkan dengan hawanya puncak pananjakan Loh. Dan sudah pukul 5 lewat, kabut masih tebal dan langit perlahan-lahan mulai ternag, dan tidak lupa kita menunaikan ibadah sholat subuh di atas sambil menunggu sunrise. Dan jeng, jeng, jeng! Tiba-tiba langit sudah terang dan kabut menutupi sunrise. Ekpetasi dan harapan saya melihat sunrise diantara kawasan pegunungan yang menakjubkan itu musanah! Padahal saya udah ngebayangin bisa liat momenny seperti di TV, but I didn’t get it L! Ya sudahlah, kami bisa berfoto-foto puasnya disini.



puas berfoto di Pananjakan

Perjalanan dilajutkan menuju Kawah gunung Bromo. kami melewati savana dekat Gunung Batok, dan rasa kecewa saya cukup terobati disini,






perjalanan menuju kawah bromo pada dasarnya bisa ditempuh dengan menggunakan jasa naik kuda, cuman emang dasarnya ingin menghemat jadilah kami berjalan kaki, dan yang gak paling nahan adalah ada 'ranjau' a.k.a tai kuda dimana-mana ditambah baunya menyengat.



foto-foto terakhir d Ranu Pane

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenaga Angin sebagai Energi Alternatif

Teringat keadaan listrik d Karimun jawa yang hanya jalan selama setengah hari yaitu dari jam 6 sore hingga 6 pagi, menyadarkan saya betapa cukup beratnya hidup tanpa listrik walau setengah hari saja, hal ini pasti cukup menghambat aktivitas penduduk sekitar. Hal ini disebabkan PLN menggunakan Ten a ga Diesel sebagai pembangkit Listrik . Jadi bisa dibayangkan , betapa borosnya solar yang harus dikonsumsi untuk membangkitkan listrik. Untuk sebagian masyarakat kalangan menengah-atas mengatasiny a dengan memiliki mesin genset, yang tentu saja membutuhkan konsumsi solar juga. Padahal di daerah kepulauan seperti ini, pada bagian pesisir memiliki angin yang cukup kencang sehingga dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Jika saja pemerintah mau melirik energi ini, cost yang dikeluarkan akan lebih murah dan tidak seboros menggunakan solar ( jelas, angin sifatnya barang bebas sedangkan solar merupakan barang ekonomi yang harganya relatif merangkak naik dan makin susah dicari), s...
“ People will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel.” ~Maya Angelou

Review : Sabtu Bersama Bapak

Semenjak Adhitya Mulya ngomongin buku ini di blog suami gila, udah gak sabar pengen beli karya-karya dia yang lain. Soalnya, saya cukup update sama novel-novelnya dari Jomblo, Gege Mengejar Cinta, Traveler’s Tale, sama Catatan Mahasiswa Gila, dan dari semua karyanya yang kocak, dia bilang novel ini karyanya yang paling beda. Sabtu Bersama Bapak mengambil tema khusus tentang keluarga. Kalo baca ceritanya sih novel ini kayaknya gambarin gimana pemikiran-pemikiran sama pengalaman hidup si empu yang ngarang novel dari fase dia sebagai anak sampai fase sekarang menjadi seorang   bapak. Kalo dari baca pengantar sih agak serius kesannya ini novel, yaa tapi yang namanya Adhitya Mulya kalo udah baca karyanya bisa bikin cengengesan sendiri. Novel ini menurut saya membawa pesan yang banyak terutama tentang arti sebenarnya memiliki sebuah keluarga karena semua orang pasti pernah menjadi anak dan mungkin memiliki anak. Semua pasti memiliki orang tua dan mungkin menjadi orangtua. Dan nove...