Terperangkap selama tiga hari dalam ketidakjelasan pulang kapan membuat kami bersepuluh panik luar biasa. Berkali-kali konfirmasi ke pihak ASDP (Angkutan Sungai, Danau, dan Penyebrangan), mereka selalu berkata 'esok masih ada'. Sampai pada hari kamis itu 13 Januari 2011, mereka berkata bahwa Km muria akan berlayar hari minggu. Padahal desas-desusnya hari minggu itu gelombang pada situs BMKG sedang tinggi-tingginya. Makin paniklah kita, isu simpang siur mengenai gelombang tinggi dan kepulangan hari minggu semakin Hoax saja. di tengah kepanikan, teman saya pun berinisiatif buat ngehubungin pers detik, untuk memberitakan keterjebakan kami di pulau ini. Saya pun teringat salah satu relasi saya yang juga seorang jurnalis detik, langsung saja saya mengirim pesan singkat dan dengan sigap dia langsung menelpon saya. dua jam kemudian, berita tersebut sudah turun cetak. Dan entah mengapa nama institusi akademik saya ikut tercantum.
Teringat keadaan listrik d Karimun jawa yang hanya jalan selama setengah hari yaitu dari jam 6 sore hingga 6 pagi, menyadarkan saya betapa cukup beratnya hidup tanpa listrik walau setengah hari saja, hal ini pasti cukup menghambat aktivitas penduduk sekitar. Hal ini disebabkan PLN menggunakan Ten a ga Diesel sebagai pembangkit Listrik . Jadi bisa dibayangkan , betapa borosnya solar yang harus dikonsumsi untuk membangkitkan listrik. Untuk sebagian masyarakat kalangan menengah-atas mengatasiny a dengan memiliki mesin genset, yang tentu saja membutuhkan konsumsi solar juga. Padahal di daerah kepulauan seperti ini, pada bagian pesisir memiliki angin yang cukup kencang sehingga dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Jika saja pemerintah mau melirik energi ini, cost yang dikeluarkan akan lebih murah dan tidak seboros menggunakan solar ( jelas, angin sifatnya barang bebas sedangkan solar merupakan barang ekonomi yang harganya relatif merangkak naik dan makin susah dicari), s...
Komentar
Posting Komentar