Langsung ke konten utama

Saya akui nenek moyangku orang pelaut! -pulang dari Karimun Jawa-

Rasanya bener-bener gak afdhol, kalau saya gak nge-post tentang hal ini, ya! Detik-detik kepulangan liburan dari kepulauan Karimun Jawa. Setelah KP.Muria tidak berlayar ke Jepara sejak tanggal 10 Januari 2011, kami kecewa banget karena penundaan pelayaran KP Muria terus berlanjut di hari-hari berikutnya. Kami sempat mau nekat pulang naik kapal nelayan tapi gagal soalnya gak dibolehin sama kepolisian setempat karena memang belum ada ijin yang sah dari pihak syah Bandar (organisasi yang mengeluarkan info mengenai keadaan perhubungan kelautan) untuk diperbolehkan melakukan pelayaran karena ombak gelombang laut masih tinggi sekitar dua meteran. Aku lupa tepatnya hari apa saat gagal pulang yang pertama, pokoknya itu hal yang paling mengharukan kita udah nangis kayak gimana, udah ditakut-takutin sama guide rombongan sebelah, gimana buruknya naik kapal nelayan di tengah-tengah ombak dua meteran, diperagaain lagi, katanya sambil kejedot-jedot ama langit-langit perahunya. Yang paling mengharukan, kita dikasih bekal sama pak akim dan bu aini ( bapak homestay yang baik banget), dikasih pelampung satu-satu. Pokoknya kita udah pasrah sama nasib, for the worst case, kalo kapalnya ngeguling setidaknya kita gak langsung tenggelamlah (amit-amit), rasanya ya udah pasrah sama nasib sama Allah S.W.T . okeh itu sedikit cerita tentang gagalnya pulang dari pulau Karimun Jawa, percobaan kepulangan dilakukan kedua kalinya dengan perencanaan yang benar-benar matang. Pokoknya harus pulang secepat mungkin, sebelum puncak badai angin baratan memuncak, dan kita gak mau terisolasi untuk sebulan lebih. Rencana pulang yang kedua kalinya dilakukan dengan rombongan sebelah yang sama-sama gagal saat mau pulang pertama kali yang kebetulan satu kampus juga ;) kita merencanakan untuk menyewa satu-satunya kapal nelayan yang berani berlayar. Kita sudah berencana akan pulang mengendap-ngendap dini hari, biar gak rame dan risuh kalau-kalau ada warga yang liat. Nah semalam sebelum keberangkatan kita semua para wisatawan diundang untuk rapat bersama bapak camat, pihak Syah Bandar,dan kepolisian setempat mengenai klarifikasi soal penundaan keberangkatan KP.Muria dan soal mengenai para wisatawan yang sudah kehabisan bekal karena di pulau tersebut tidak ada bank besar maupun beserta atm-nya, tapi kita punya cara lain loh biar dapet duit gak dari atm. Nah singkat cerita, rombongan kami yang paling banyak nanya saat rapat berlangsung, soal Syah Bandar-lah, soal berita BMKG yang berubah-rubah dan ketidakpastian cuaca. Rapat selesai cukup larut malam. Harus cepat tidur, biar besoknya bisa pulang.

Sekitar jam dua pagi kita saling bangunin, soalnya jam tiga kita harus ada di pelabuhan, padahal jalan kaki 10 menit juga sampai. Pokoknya kita harus berangkat pagi banget harus sepi. Lucu banget, pas salah satu temen saya dibangunin, yaitu mbah, dia agak linglung, nanya napa dibangunin, haaaaaaaa sudah lupa dia tentang the big day, hari kepulangan. Tidak lupa kita yang muslim pada sholat tahajud, minta ke Allah untuk dilancarkan perjalanan pulang ini. Oke, start dengan 2-3 orang buat jalan ke pelabuhan agar tidak berisik dan tidak mencolok oleh warga sekitar, sama sekali gak horror buat keluar rumah padahal sepi dan gelap banget, passion kita semua buat pulang udah besar banget. Aku jalan keluar sama vinda eh tiba-tiba dari kejauhan ada motor datang dari arah belakang, spontan kita lari dan sembunyi di semak-semak, terus pak akim menyusul, “mbak, itu temannya yang naik motor” yaaa astaga, rombongan sebelah ternyata. Sampailah kita di pelabuhan, nunggu lama banget tapi hari masih gelap juga, sampai jam lima subuh kapal kita belum berangkat juga, terdengar kabar bahwa kita ketahuan, yaaaaaaa atulaaaah apa iya kita gak jadi pulang lagi. Setelah nunggu beberapa menit, berangkatlah kita dari pulau Karimun Jawa dengan mengucapkan bismillah kuat-kuat di dalam hati. Dadah Karimun jawa , ketemu kapan-kapan lagi yaaa!!! Sumpah, kapan-kapan aja (masih agak trauma). Katanya sih kita memang ketahuan akan pulang hari itu juga, jadi yang punya kapal ngasih sejumlah uang agar kita diijinkan pergi dari pulau itu, fiuuhh. Kita melakukan sholat subunh di tempat, saya sengaja nyakuin kaos kaki di jaket, terus vinda terpaksa sholat pake capuchon –untung jaketnya ada capuchonnya- . Hari pun tiba-tiba terang, semua tergeletak tak berdaya di dalam kapal dengan masing-masing memakai pelampungnya. Perjalanan cukup lancar dan ombak laut memang agak kencang. Tiba-tiba, sebelum hari menjadi cerah awan mendung datang dan gerimislah lah, dan ombaknya semakin kencang teman-teman, satu-satu pada muntah, ada yang berusaha buat tutup muka dan tidur aja, dan sepanjang perjalanan saya cuman bisa dzikir dan istighfar, sama sekali gak pingin muntah ataupun tidur. Hal yang dilakukan sepanjang perjalanan selain itu cuman bisa memeriksa jam dan sinyal. Sambil melihat ombak naik-turun, kadang kapal kita di bawahnya kadang di atasnya. Haaaaa kapan nyampainya ini.

Jam demi jam pun berlalu, langit masih kelam dan tiba-tiba deru keras motor kapal berhenti, astaga itu mengerikan , masih terdengar sih deru motor kecil yang lain. Ditambah lagi ada bau-bau asap gosong, seperti bau ban dibakar, hooo kayaknya knalpot kapal kepanasan terus mesin motor yang gede mati gara-gara kesangkut sesuatu, tiba-tiba marbun ngomong “ itu daratan ya?” , hee, apa marbun lagi ngelamun saking desperatenya, pikirku. Ternyata memang lama-kelamaan terlihat sesuatu berwarna coklat dari kejauhan, langsung periksa sinyal, ada kecil banget, langsung buka google map, sampailah sinyal dan kita terlihat ada dimana dan benar Pulau Jawa ada di seberang sana. Akhirnya motor besar nyala, kita lihat ke sekeliling gak ada loh satu pun kapal yang berlayar, errrr ternyata kita nekat juga. Padahal kapak-kapal gede pengangkut tongkang juga pada diam di dekat pantai, gak ada satu pun yang berlayar. Sampailah kita di Pulau Jawa dengan selamat dan seolah –olah petugas pelabuhan di sana tahu-menahu soal kedatangan kita dan langsung nolongin naik ke daratan, kata pak nakhoda dan sekaligus yang punya kapal bilang kalau tadi selama di perjalanan ombak tadi bisa mencapai empat meter! Buseeeettt, untung selamat dah, pak nakhoda kereeeeen banget. Pengen banget kenceng-kenceng nyanyi “ Nenek moyangku orang pelaut!” . Btw, berarti tour guide sebelah lebaynya minta mapun,perasaan selama perjalanan langit-langit masih berada jauh di atas kepala saya.


Sesampainya di Jepara tampaknya ada yang masih mengganjal, kita meninggalkan dua orang teman sesama kampus yang ikut rombongan lain, sayang banget. Perjalanan langsung kita lanjutkan ke restoran fast-food dan makan sepuasnya. Lanjut ke terminal dan beli oleh-oleh, sepanjang perjalanan tenar banget kita ditanyain penduduk setempat, “ dari Karimun Jawa ya mbak?”, “ ombaknya gede ya mbak?” “ untung selamat ya”, huaaaa pemberitaan cuaca buruk, ratusan wisatawan terjebak di karjaw cukup nyampe banget ke telinga penduduk Pulau jawa ternyata, terutama penduduk Jepara. Saat naik bis, mau berangkat ternyata ada dua orang teman sekampus yang tadi kita ninggalin,, karena merasa berdosa, lansung aku ajak kenalan dan tanya- tanya bagaimana mereka bisa sampai di Pulau Jawa. Hmmmmm senang se-bis yang kita tumpangi berisi semua mahasiswa yang sekampus, gak ada satupun yang ditinggalin, hehehehe. Pesan saya cuman lain kali kalau browsing tentang liburan benar-benar detail, soal cuaca musiman, akses, dan fasilitas di tempat liburan setempat, jangan cuman googling yang hepi-hepi aja. Ok, happy travelling!

Komentar

  1. oalah kukira ke karimun jawa buat KP ternyata KP tuh kapal. ngeri juga ya, aku ga pernah denger turis karjaw terjebak gitu. hmm pelajaran yg berharga!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review : Sabtu Bersama Bapak

Semenjak Adhitya Mulya ngomongin buku ini di blog suami gila, udah gak sabar pengen beli karya-karya dia yang lain. Soalnya, saya cukup update sama novel-novelnya dari Jomblo, Gege Mengejar Cinta, Traveler’s Tale, sama Catatan Mahasiswa Gila, dan dari semua karyanya yang kocak, dia bilang novel ini karyanya yang paling beda. Sabtu Bersama Bapak mengambil tema khusus tentang keluarga. Kalo baca ceritanya sih novel ini kayaknya gambarin gimana pemikiran-pemikiran sama pengalaman hidup si empu yang ngarang novel dari fase dia sebagai anak sampai fase sekarang menjadi seorang   bapak. Kalo dari baca pengantar sih agak serius kesannya ini novel, yaa tapi yang namanya Adhitya Mulya kalo udah baca karyanya bisa bikin cengengesan sendiri. Novel ini menurut saya membawa pesan yang banyak terutama tentang arti sebenarnya memiliki sebuah keluarga karena semua orang pasti pernah menjadi anak dan mungkin memiliki anak. Semua pasti memiliki orang tua dan mungkin menjadi orangtua. Dan novel in

Malang part 1 – se-MALANG nasibku T_T – 15 juni 2010

Okay,,, welcome my holiday! Betapa sialny nasib saya sebelum liburan ini sempat kehilangan dompet sewaktu pulang dari Jakarta menuju bandung, untung naik bus eksekutif ada orang baik hati mau mengembalikan dompet saya, lagipula isiny emang gak seberapa cuman 175rb perak. Coba bayangin naik kelas ekonomi, udah pasti diembat dan dompet beserta kartu-kartu ptg lainnya gak mungkin kembali ke tangan saya. Malamny saya packing siap-siap untuk traveling liburan saya. Saya hanya membawa 1 potong celana jeans yg saya pakai, 1 celana kain cepat kering, 1 legging, mantel hangat, 1 kaos , 1 baju santai, 1 baju formal, 1 sepatu trekking, sarung tangan, kaos kaki, 1 sepatu crocs. Saya berangkat menuju kota Malang dari bandung memakai kereta Malabar yg saat itu sedang promo hanya 80rb rupiah saja, yg berangkat dari stasiun bandung pukul 15.30. Saat itu saya akan berangkat bersama tiga teman saya. Dan saya sudah siap-siap sekitar pukul 2 siang berangkat dari rumah dan sempat mampir ke kantor telkom

Awas mudah meledak

Saladin : " ty, itu harusnya warna tabungnya jangan hijau y" Tyas : "emang kenapa SaL?" Saladin : "iya, biar gak gampang meledak" Tyas : " hah? kenapa saL? " Saladin: "iya, kan kayak di lagu balonku" Tyas : " hah? gak ngerti..." Saladin : " kan di lagu balonku, balon yang meledak yang warna ijo" Tyas : "OOOOOoooooo" ( bulet bgt mulut tyas) ---ekspetasi yang terlalu besar ketika mendengar lelucon dari seorang jenius---